Selasa, 10 November 2009

”GROUP COMMUNICATION (Komunikasi Kelompok)”

· Pendahuluan

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok premier), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah). Jadi banyak manfaat yang bisa dipetik bila ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan. Orang yang memisahkan atau mengisolasikan dirinya dengan orang lain dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.

Bahkan perilaku seseorang bukan hanya disebabkan oleh “pembawaan” mereka, melainkan juga karena pengaruh kelompok rujukan yang diidentifikasi mereka. Kita semua menjadi anggota kelompok, bahkan berbagai kelompok. Kelompok menetukan cara Anda berkata, berpakaian berkerja, juga keadaan emosi anda, suka dan duka Anda, karena itu komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran.

Lebih mendalam tentang hal komunikasi kelompok akan dibahas dalam makalah ini.

· Pengertian

Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka. Kolompok tersebut bisa kecil, dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan secara berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Di sini yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok adalah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi pada rapat, briving, dan upacara bendera.

Komunikasi kelompok sendiri dibedakan menjadi dua:[1]

· Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara sorang menejer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi kelompok kecil si pemimpin dapat melakukan komunikasi antar persona dengan salah seorang peserta kelompok.

Robert F. Bales dalam bukunya, Interaction Process Analysis, mendefinisikan kelompok kecil sebagai:

“Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia—baik saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya—dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.”

Berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil bersifat rasional sehingga setiap pesan yang disampaikannya akan ditanggapi secara kritis.

Keuntungan dan kerugian berkomunikasi dengan kelompok kecil adalah sebgai berikut:

  • Keuntungan
  1. Terdapat kontak pribadi.
  2. Umpan balik bersifat langsung.
  3. Suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui.
  • Kerugian
  1. Frame or reference komunikan tidak diketahui secara individual.
  2. Kondisi fisik dan mental komunikan tidak dipahami secara individual.

Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam melancarkan komunikasi kelompok kecil tatap muka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi.
  2. Bangkitkanlah perhatian begitu komunikasi dimulai.
  3. Peliharalah kontak pribadi selama berkomunikasi.
  4. Tunjukan diri sebagai komunikator terpercaya.
  5. Bicaralah dengan tegas, jelas dan meyakinkan.
  6. Kemukakanlah fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis.
  7. Hormatilah kritik komunikan.
  8. Jangan bersifat super.
  9. Jangan mengkritik.
  10. Jangan “ngotot”
  11. Jangan emosional.

Petunjuk-petunjuk tersebut perlu dipahami oleh setiap pemimpin untuk mencegah terjadinya kehilangan ethos. Ethos adalah paduan nilai-nilai yang terdapat pada diri seseorang yang mencakup kehormatan, kemampuan, kepercayaan, kejujuran, moral dan itikad baik. Gagalnya komunikasi dapat mengakibatkan hilangnya ethos seorang pemimpin.

· Komunikasi kelompok besar (large group communication)

Kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi dengan kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.

Dalam komunikasi internal suatu jawatan atau perusahaan jarang sekali terjadi komunikasi kelompok besar kecuali dalam upacara bendera yang sering dipergunakan oleh seorang kepala atau pemimpin untuk memberikan informasi yang bersifat umum, yang berkaitan dengan kepentingan seluruh karyawan.

Dalam hal-hal tertentu seorang kepala jawatan atau pemimpin perusahaan berkesempatan tampil dalam forum menghadapi kelompok besar seperti dalam konferensi atau kongres. Sehubungan dengan itu, berikut ini disarankan untuk memperhatikan hal-hal seperti berikut:

1. Adakanlah perisapan yang seksama sebelum berkomunkasi.

2. Bangkitkanlah perhatian sebelum komunukasi dimulai.

3. Peliharalah kontak pribadi selama berkomunikasi.

4. Tunjukan diri sebagai komunikator terpercaya.

5. Bicaralah secara meyakinkan.

6. Aturlah intonasi sehingga menimbulkan gairah.

7. Kemukakanlah pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata-mata.

· Norma kelompok :

Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu :

1. Norma social, yaitu yang mengatur hubungan di antara para anggota kelompok.

2. Norma procedural, yaitu menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan

3. Norma tugas, yaitu memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan.

· Beberapa karekteristik komunikasi kelompok, seperti di bawah ini:[2]

  1. Komunikasi kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya di rencanakan terlebih dahulu, sesuai dengan komponen-komponennya.
  2. Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan.
  3. Komunikasi kelompok terlembagakan, dalam arti ada aturan mainnya.
  4. Komunikator dalam kelompok haruslah :

Ø Mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan.

Ø Menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir beberapa pengamatan.

Untuk lebih jelasnya, karakteristik komunikasi kelompok adalah :

1. Langsung dan tatap muka.

2. Lebih terstruktur

3. Formal/ rasional

4. Para peserta lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing.

· Karakteristik yang berkaitan dengan komunikasi kelompok

a) Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi relatif bisa banyak bisa 50-200 orang atau lebih (contoh : kelas perkuliahan, seminar, symposium, rapat (meeting) perpisahan, kegiatan pengajian, jamaah kuliah subuh di masjid, peserta yang menyaksikan demo, pada kelompok arisan atau di supermarket dsb.

b) Hal yang dibicarakan berkisar pada suatu tema atau topik tertentu yang menyangkut kepentingan bersama (kelompok tertentu).

c) Terdapat minat dan kepentingan yang hampir sama di antara anggota-anggota kelompok.

d) Biasanya terdapat dari peserta saling mengenal (misalnya : seminar, symposium, pengajian) atau keseluruhan saling mengenal (misalnya : kelas/kuliah, rapat perpisahan, rapat pengurus organisasi, rapat pimpinan parpol).

· Media yang digunakan dalam komunikasi kelompok

Media yang digunakan di antaranya adalah :

1. Surat (dalam arti : selebaran, surat edaran, memo, dsb).

2. Seminar, symposium, rapat, ceramah, pengajian (majelis taklim)

3. Kegiatan belajar/ mengajar di kelas.

4. Majalah dinding, papan pengumuman, HT (handy talky), dan radio lokal.

· Ada delapan variable yang terdapat dalam komunikasi kelompok, variable tersebut adalah:[3]

1) Kejelasan (clarity): suatu pernyataan dikatakan jelas apabila seorang yang mendengar atau membacanya merasa yakin bahwa dia mengerti maksud yang ingin disampaikan si pembuat pesan.

2) Pendapat (opinion): suatu pernyataan dikatakan mengandung pendapat, apabila mengungkapkan suatu perasaan, keyakinan atau penilaian, dasar faktual ini biasanya tidak nampak dalam pernyataan itu sendiri.

3) Kepentingan (interest): suatu pernyataan dikatakan mengungkapkan kepentingan si pembuat pesan, apabila mengandung beberapa pentunjuk tentang perhatian dan keterlibatannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedang dibahas.

4) Jumlah informasi (amount of information): suatu pernyataan dikatakan bersifat informatif apabila berisi fakta-fakta, statistik, dan pendapat-pendapat dari sumber-sumber terpercaya yang mempunyai kaitan langsung dengan beberapa aspek dari beberapa pertanyaan yang sedang dibahas.

5) Daya provokasi (provocativeness): suatu pernyataan dikatakan bersifat provokatif apabila mencerminkan keinginan atau kesediaan dari si pembuat provokasi untuk mendorong orang lain memberi tanggapan terbuka padanya; yaitu seolah-olah mengundang atau menerima tanggapan.

6) Orientasi (orientation): suatu pernyataan dikatakan memberikan orientasi apabila mencerminkan usaha si pembuat pesan untuk merangsang tetrcapainya tujuan kelompok dengan cara menggunakan fakta, member saran yang bermanfaat, atau mencoba memecahkan konflik.

7) Objektivitas (objectivity): suatu pernyataan dikatakan dikatakan objektif apabila mencerminkan kebebasan si pembuat pesan yang secara sadar berusaha mendesak atau mempengaruhi seseorang atau orang-orang lain untuk menerima pendapatnya.

8) Panjangnya (length): panjang pernyataan hanyalah jumlah kata-kata dalam pernyataan.

· Peran tugas kelompok (group task roles)

Perilaku-perilaku berikut diarahkan untuk mencapai tujuan kelompok melalului kemudahan pemecahan masalah:[4]

  1. Mengawali-Berkontribusi: Mengajukan gagasan baru atau cara baru memandang tujuankelompok. Ini mencangkup tujuan baru atau definisi baru permasalahan.
  2. Mencari informasi: Meminta penjelasan, informasi yang berwenang dan fakta-fakta yang relevan dengan masalah yang dibahas.
  3. Mencari pendapat: Mencari informasi terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai yang melandasi saran-saran yang sedang dipertimbangkan berkaitan dengan data faktual.
  4. Memberi informasi: Menawarkan fakta atau generalisasi bedasarkan pengalaman atau sumber yang berwenang.
  5. Memberi pendapat: Menyatakan keyakinan atau pendapat yang relevan dengan saran yang telah diajukan. Penekanannya lebih kepada usulan yang harus menjadi pegangan kelompok daripada kepada usulan yang hanya menyajikan faktor-faktor atau informasi.
  6. Menguraikan: memperluas usul-usul dengan contoh-contoh atau pernyataan ulang, menawarkan rasionalisasi atas usulan yang diajukan sebelumnya, dan mencoba menentukan hasilnya bila suatu usul diterima kelompok.
  7. Mengkoordinasikan: menunjukan hubungan di antara berbagai gagasan dan usul, berusaha menggabungkan gagasan dan usul, atau mencoba mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok.
  8. Mengarahkan: Menunjukan posisi kelompok dengan menyimpulkan kemajuan dan penyimpangannya dari arah atau tujuan kelompok yang disepakati, atau dengan mengajukan pertanyaan mengenai arah yang diambil kelompok.
  9. Mengevaluasi: Membandingkan pencapaian kelompok berdasarkan beberapa kriteria atau standar berfungsinya kelompok.
  10. Memberdayakan: Mendorong kelompok untuk melakukan tindakan, atau membuat keputusan, berusaha meningkatkan kualitas kegiatan.
  11. Membantu prosedur: Membantu atau mempermudah kerja kelompok dengan melakukan sesuatu bagi kelompok.
  12. Mencatat: Menulis usul-usul, mencatat keputusan kelompok, atau mencatat hasil diskusi. Ini memberi hasil nyata.

· Fungsi komunikasi kelompok

Fungsi komunikasi kelompok yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan, masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri sebagai berikut :

  1. Fungsi hubungan sosial, yaitu bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya.
  2. Fungsi pendidikan, yaitu bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.
  3. Fungsi persuasi, yaitu seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
  4. Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, yaitu dengan cara menemukan alternative atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi.
  5. Fungsi terapi, yaitu membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat.

· Kesimpulan

Dalam lingkup komunikasi kelompok dapat mendorong perkembangan-perkembangan komunikasi dalam kelompok yang ada hubungannya dengan retorika dan psikologi sosial dengan cara memberikan penekanan pada peningkatan efektivitas diskusi kelompok atau kegiatan-kegiatan komunikasi kelompok di dalam kelas, sehingga akan dapat meningkatkan ketrampilan peserta atau mahasiswa sebagai peserta diskusi.

Daftar Pustaka

§ Onong, Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke- 19

§ Yusuf, Yusmar, Dinamika Kelompok, Bandung: CV. Armico, 1989

  • Goldberg, Alvina A., dan Larson, Carl E., Komunikasi Kelompok , Jakarta: UI-Press, 2006

§ Tubbs, Stewart L., dan Moss, Sylvia., Human Communication, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-4


[1] Onong, Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke- 19. h.126-128)

[2] Yusuf, Yusmar, Dinamika Kelompok (Bandung: CV. Armico, 1989, h. 17)

[3] Ibid., h. 30.

[4] Tubbs, Stewart L., dan Moss, Sylvia., Human Communication (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-4, h. 79)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar