Disusun Oleh:
Lucky Isnaeni (107051001855)
A. Nafisul Qodar (107051000488)
Tiara Ayu Sari Dewi (107051000264)
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahluk sosial. Dia tidak dapat hidup sendiri. Dia selalu membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain. Oleh sebab itu, interaksi diantara manusia pastilah dilandasi atas dasar nilai-nilai yang telah mereka sepakati. Nilai yang menjadi bahan moral dalam prilaku. Kaitan dengan interaksi dengan lingkungannya, setiap manusia dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang terdapat di lingkungannya. Nilai itu dapat berupa etika ataupun norma yang biasanya bersandar pada budaya dan adat istiadat di daerah tersebut.
Di dalam etika terapan pada profesi tidak lepas dari komunikasi, baik komunikasi verbal ataupun non verbal. Baik komunikasi yang berupa gesture (bahasa isyarat), maupun bahasa yang sudah lazim digunakan di dalam keseharian, mulai dari bahasa daerah hingga bahasa nasional dan internasional.
Dalam etika terapan pada profesi, pekerjaan seorang pegawai harus mempunyai etika, terutama komunikasi yang mana komunikasi tersebut dapat membuat understanding satu sama lain. Dalam obeservasi yang telah kami lakukan, kami mengambil etika terapan pada wartawan dalam berkomunikasi dan pengaruhnya pada masyarakat.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Dalam penelitian ada beberapa metodelogi yang dilakukan oleh para peneliti, baik secara pendekatan secara analisis kualitatif, melalui analisis kualitatif mengandung makna suatu penggambaran atas data dengan menggunakan kata dan baris kalimat. Ataupun melalui pendekatan analisis kuantitatif. Metode penelitian tersebut diantaranya:
Metode Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.
Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan, yakni:
Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal ataupun non verbal.
Metode Wawancara
Maksud dengan metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Di dalam wawancara terdapat proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah susatu pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari, antara lain:
Pewawancara dan responden biasanya belum saling mengenal sebelumnya.
Responden selalu menjawab pertanyaan.
Pewawancara selalu bertanya.
Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.
Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
Metode Kuesioner
Metode lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Walaupun nama yang diberikan kepada daftar pertanyaan disebut kuesioner atau schedule, tapi isi dari daftar pertanyaan tersebut sama saja sifatnya. Kuesioner atau schdule tidak lain adalah sebuah draf pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Kuesioner harus mempunyai center (pusat) perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Dalam memperoleh keterangan yang berkisar pada masalah yang ingin dipecahkan itu, maka secara umum isi kuesioner dapat berupa:
a. Pertanyaan tentang fakta.
b. Pertanyaan tentang pendapat.
c. Pertanyaan tentang persepsi diri.
BAB III
TEORI YANG DIGUNAKAN
Teori yang digunakan dalam penelitian kami yaitu berupa wawancara. Karena dalam wawancara seperti yang sudah dijelaskan di atas yakni maksud metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide.
Dalam kesempatan ini, kami menanyakan etika terapan pada profesi wartawan. kami mewancari seorang wartawan (Abdul Rochim) dari Harian Seputar Indonesia. Wartawan adalah sebuah profesi. Dengan kata lain, wartawan adalah seorang profesional, seperti halnya dokter, bidan, guru, atau pengacara. Sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai profesi jika memiliki empat hal berikut, sebagaimana dikemukakan seorang sarjana India, Dr. Lakshamana Rao:
1. Harus terdapat kebebasan dalam pekerjaan tadi.
2. Harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu.
3. Harus ada keahlian (expertise).
4. Harus ada tanggung jawab yang terikat pada kode etik pekerjaan. (Assegaf, 1987).
BAB IV
ANALISIS HASIL
BAB V
LAMPIRAN
Tugas interview ke lembaga atau individu yang memiliki peran dalam pembangunan komunikasi profesi di Indonesia tentang etika terapan/etika profesi.
“Daftar Pertanyaan”
1. Di mana anda bekerja saat ini? Saya bekerja di Harian Seputar Indonesia di Jakarta.
2. Apa profesi anda di perusahaan tersebut? Profesi saya sebagai seorang wartawan, kini menduduki posisi sebagai Asisten Redaktur.
3. Apa yang anda ketahui tentang etika terapan/etika profesi? Yang dinamakan profesi adalah sebuah pekerjaan yang mana tugasnya diatur dengan sebuah kode etik sebagai landasan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Tukang becak bukanlah sebuah profesi, tapi itu pekerjaan. Sopir juga bukan profesi karena tidak ada kode etiknya, tapi itu pekerjaan. Berbeda dengan profesi guru, wartawan, dokter, pengacara, polisi, atau hakim, yang dalam menjalankan tugas-tugasnya harus berpegang pada sebuah kode etik. Kode etik inilah yang dijadikan sebagai landasan etika dalam menjalankan tugasnya. Misalnya dalam kode etiknya, seorang wartawan dilarang menerima pemberian apapun dari nara sumbernya karena dikhawatirkan akan memengaruhi netralitas sebuah berita yang disajikan. Seorang polisi atau hakim dilarang menerima suap. Seorang dokter dalam etikanya tidak diperkenankan membebeberkan penyakit yang diderita sang pasien kepada pihak lain, atau ke publik, kecuali untuk kepentingan penyidikan. Jika dokter atau wartawan melanggar kode etik yang sudah ada di tiap-tiap profesi tersebut, maka berarti dia tidak menjalankan etika profesi itu.
4. Menurut anda, bagaimana cara menciptakan etika terapan /etika profesi? Caranya adalah dalam menjalankan tugas sehari-hari, harus berlandaskan kepada kode etik profesi yang sudah ada.
5. Bagaimana etika terapan /etika profesi diterapkan di tempat kerja anda? Sebagai seorang wartawan, jelas harus menaati kode etik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan punishment kepada wartawan ayng bersangkutan jika melanggar kode etik yang ada. Misalnya berupa pemecatan.
6. Apakah ada aturan yang mendukung etika terapan /etika profesi itu diterapkan? Agar kode etik dijalankan sesuai fungsinya, maka ada punishment bagi yang melanggar.
7. Bagaimana pengawasan etika terapan /etika profesi terhadap karyawan di tempat anda bekerja? Salah satu caranya dengan mempublikasikan aturan bahwa wartawan dilarang menerima pemberian apapun dari nara sumber, yang dipublikasikan jelas di salah satu halaman di Harian Seputar Indonesia yang diterbitkan tiap hari agar publik juga tahu salah satu etika yang harus ditaati seorang wartawan.
8. Seberapa besar pengaruh etika profesi pada individu profiesonal? Pengaruhnya sangat jelas. Seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan etika profesi, berarti dia tidak bisa dikatakan sebagai seorang professional. MAkanya agar bisa bekerja secara professional, salah satu yang harus dijalankan adalah menjalankan tugas sesuai kode etik yang berlaku.
9. Apakah ada standar etika yang berbeda pada tiap-tiap profesi? Tentu ada. Sebuah etika profesi dibuat sesuai bidang yang dijalani. Etika profesi seorang dokter jelas berbeda dengan etik profesi seorang polisi, karena objek dan permasalahan yang dihadapi juga berbeda.
10. Menurut anda, berapa persen etika terapan /etika profesi diterapkan oleh karyawan tempat anda bekerja sesuai dengan standar perusahaan? Prosentase dalam penerapan sebuah etika kerja sudah diukur dengan persentase. Karena di tempat kami bekerja tidak ada ukuran yang jelas soal itu, dan ini lebih pada individu masing-masing karyawan.
11. Berapa persen juga anda menerapkan etika terapan /etika profesi ditempat anda bekerja dan di luar secara profesional? Saya sendiri juga tidak bisa mengukur secara persentase, hanya saja sebagai seorang yang bekerja di sebuah perusahaan yang profesional, saya jelas sebisa mungkin akan menjalankan tugas ecara professional juga. Dengan begitu, secara otomatis saya harus menjalankan etika profesi yang ada.
12. Apakah ada kendala pada diri anda dalam penerapan etika profesi? Jika ada, apa saja? Secara umum tidak ada kendala berarti. Hanya kendalanya adalah godaan yang sering saya hadapi. Misalnya seorang nara sumber memberikan sesuatu dengan tujuan mempengaruhi berita yang saya tulis. Ini sangat tergantung pada idealisme masing-masing individu wartawan. Kendalanya adalah kadang-kadang tergiur dengan godaan tersebut.
13. Apa dampak ketika etika terapan /etika profesi tidak lagi dipakai/diterapkan? Yang ekstrim bisa dipecat. Tapi yang jelas kalau tidak menjalankan etika profesi, maka kita tidak bisa dikatakan sebagai seorang pekerja professional.
14. Apa saran dan kritik anda terhadap realitas penerapan etika terapan /etika profesi di kalangan lembaga dan atau individu di bidang komunikasi? Kritik, faktanya cukup banyak seorang yang bekerja di sebuah instansi punya kode etik, tapi tetap dilanggar. Ini faktanya. Tentunya sarannya sederhana, kalau ingin segala hak berjalan sesuai koridor dan membuahkan hasil maksimal, maka jalankanlah kode etik yang sudah ada.
Terimakasih…
Nara sumber: Abdul Rochim, wartawan Harian Seputar Indonesia
Lucky Isnaeni (107051001855)
A. Nafisul Qodar (107051000488)
Tiara Ayu Sari Dewi (107051000264)
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahluk sosial. Dia tidak dapat hidup sendiri. Dia selalu membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain. Oleh sebab itu, interaksi diantara manusia pastilah dilandasi atas dasar nilai-nilai yang telah mereka sepakati. Nilai yang menjadi bahan moral dalam prilaku. Kaitan dengan interaksi dengan lingkungannya, setiap manusia dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang terdapat di lingkungannya. Nilai itu dapat berupa etika ataupun norma yang biasanya bersandar pada budaya dan adat istiadat di daerah tersebut.
Di dalam etika terapan pada profesi tidak lepas dari komunikasi, baik komunikasi verbal ataupun non verbal. Baik komunikasi yang berupa gesture (bahasa isyarat), maupun bahasa yang sudah lazim digunakan di dalam keseharian, mulai dari bahasa daerah hingga bahasa nasional dan internasional.
Dalam etika terapan pada profesi, pekerjaan seorang pegawai harus mempunyai etika, terutama komunikasi yang mana komunikasi tersebut dapat membuat understanding satu sama lain. Dalam obeservasi yang telah kami lakukan, kami mengambil etika terapan pada wartawan dalam berkomunikasi dan pengaruhnya pada masyarakat.
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Dalam penelitian ada beberapa metodelogi yang dilakukan oleh para peneliti, baik secara pendekatan secara analisis kualitatif, melalui analisis kualitatif mengandung makna suatu penggambaran atas data dengan menggunakan kata dan baris kalimat. Ataupun melalui pendekatan analisis kuantitatif. Metode penelitian tersebut diantaranya:
Metode Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.
Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan, yakni:
Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal ataupun non verbal.
Metode Wawancara
Maksud dengan metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Di dalam wawancara terdapat proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah susatu pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari, antara lain:
Pewawancara dan responden biasanya belum saling mengenal sebelumnya.
Responden selalu menjawab pertanyaan.
Pewawancara selalu bertanya.
Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.
Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
Metode Kuesioner
Metode lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Walaupun nama yang diberikan kepada daftar pertanyaan disebut kuesioner atau schedule, tapi isi dari daftar pertanyaan tersebut sama saja sifatnya. Kuesioner atau schdule tidak lain adalah sebuah draf pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Kuesioner harus mempunyai center (pusat) perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang ingin diuji. Dalam memperoleh keterangan yang berkisar pada masalah yang ingin dipecahkan itu, maka secara umum isi kuesioner dapat berupa:
a. Pertanyaan tentang fakta.
b. Pertanyaan tentang pendapat.
c. Pertanyaan tentang persepsi diri.
BAB III
TEORI YANG DIGUNAKAN
Teori yang digunakan dalam penelitian kami yaitu berupa wawancara. Karena dalam wawancara seperti yang sudah dijelaskan di atas yakni maksud metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide.
Dalam kesempatan ini, kami menanyakan etika terapan pada profesi wartawan. kami mewancari seorang wartawan (Abdul Rochim) dari Harian Seputar Indonesia. Wartawan adalah sebuah profesi. Dengan kata lain, wartawan adalah seorang profesional, seperti halnya dokter, bidan, guru, atau pengacara. Sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai profesi jika memiliki empat hal berikut, sebagaimana dikemukakan seorang sarjana India, Dr. Lakshamana Rao:
1. Harus terdapat kebebasan dalam pekerjaan tadi.
2. Harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu.
3. Harus ada keahlian (expertise).
4. Harus ada tanggung jawab yang terikat pada kode etik pekerjaan. (Assegaf, 1987).
BAB IV
ANALISIS HASIL
BAB V
LAMPIRAN
Tugas interview ke lembaga atau individu yang memiliki peran dalam pembangunan komunikasi profesi di Indonesia tentang etika terapan/etika profesi.
“Daftar Pertanyaan”
1. Di mana anda bekerja saat ini? Saya bekerja di Harian Seputar Indonesia di Jakarta.
2. Apa profesi anda di perusahaan tersebut? Profesi saya sebagai seorang wartawan, kini menduduki posisi sebagai Asisten Redaktur.
3. Apa yang anda ketahui tentang etika terapan/etika profesi? Yang dinamakan profesi adalah sebuah pekerjaan yang mana tugasnya diatur dengan sebuah kode etik sebagai landasan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Tukang becak bukanlah sebuah profesi, tapi itu pekerjaan. Sopir juga bukan profesi karena tidak ada kode etiknya, tapi itu pekerjaan. Berbeda dengan profesi guru, wartawan, dokter, pengacara, polisi, atau hakim, yang dalam menjalankan tugas-tugasnya harus berpegang pada sebuah kode etik. Kode etik inilah yang dijadikan sebagai landasan etika dalam menjalankan tugasnya. Misalnya dalam kode etiknya, seorang wartawan dilarang menerima pemberian apapun dari nara sumbernya karena dikhawatirkan akan memengaruhi netralitas sebuah berita yang disajikan. Seorang polisi atau hakim dilarang menerima suap. Seorang dokter dalam etikanya tidak diperkenankan membebeberkan penyakit yang diderita sang pasien kepada pihak lain, atau ke publik, kecuali untuk kepentingan penyidikan. Jika dokter atau wartawan melanggar kode etik yang sudah ada di tiap-tiap profesi tersebut, maka berarti dia tidak menjalankan etika profesi itu.
4. Menurut anda, bagaimana cara menciptakan etika terapan /etika profesi? Caranya adalah dalam menjalankan tugas sehari-hari, harus berlandaskan kepada kode etik profesi yang sudah ada.
5. Bagaimana etika terapan /etika profesi diterapkan di tempat kerja anda? Sebagai seorang wartawan, jelas harus menaati kode etik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan punishment kepada wartawan ayng bersangkutan jika melanggar kode etik yang ada. Misalnya berupa pemecatan.
6. Apakah ada aturan yang mendukung etika terapan /etika profesi itu diterapkan? Agar kode etik dijalankan sesuai fungsinya, maka ada punishment bagi yang melanggar.
7. Bagaimana pengawasan etika terapan /etika profesi terhadap karyawan di tempat anda bekerja? Salah satu caranya dengan mempublikasikan aturan bahwa wartawan dilarang menerima pemberian apapun dari nara sumber, yang dipublikasikan jelas di salah satu halaman di Harian Seputar Indonesia yang diterbitkan tiap hari agar publik juga tahu salah satu etika yang harus ditaati seorang wartawan.
8. Seberapa besar pengaruh etika profesi pada individu profiesonal? Pengaruhnya sangat jelas. Seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan etika profesi, berarti dia tidak bisa dikatakan sebagai seorang professional. MAkanya agar bisa bekerja secara professional, salah satu yang harus dijalankan adalah menjalankan tugas sesuai kode etik yang berlaku.
9. Apakah ada standar etika yang berbeda pada tiap-tiap profesi? Tentu ada. Sebuah etika profesi dibuat sesuai bidang yang dijalani. Etika profesi seorang dokter jelas berbeda dengan etik profesi seorang polisi, karena objek dan permasalahan yang dihadapi juga berbeda.
10. Menurut anda, berapa persen etika terapan /etika profesi diterapkan oleh karyawan tempat anda bekerja sesuai dengan standar perusahaan? Prosentase dalam penerapan sebuah etika kerja sudah diukur dengan persentase. Karena di tempat kami bekerja tidak ada ukuran yang jelas soal itu, dan ini lebih pada individu masing-masing karyawan.
11. Berapa persen juga anda menerapkan etika terapan /etika profesi ditempat anda bekerja dan di luar secara profesional? Saya sendiri juga tidak bisa mengukur secara persentase, hanya saja sebagai seorang yang bekerja di sebuah perusahaan yang profesional, saya jelas sebisa mungkin akan menjalankan tugas ecara professional juga. Dengan begitu, secara otomatis saya harus menjalankan etika profesi yang ada.
12. Apakah ada kendala pada diri anda dalam penerapan etika profesi? Jika ada, apa saja? Secara umum tidak ada kendala berarti. Hanya kendalanya adalah godaan yang sering saya hadapi. Misalnya seorang nara sumber memberikan sesuatu dengan tujuan mempengaruhi berita yang saya tulis. Ini sangat tergantung pada idealisme masing-masing individu wartawan. Kendalanya adalah kadang-kadang tergiur dengan godaan tersebut.
13. Apa dampak ketika etika terapan /etika profesi tidak lagi dipakai/diterapkan? Yang ekstrim bisa dipecat. Tapi yang jelas kalau tidak menjalankan etika profesi, maka kita tidak bisa dikatakan sebagai seorang pekerja professional.
14. Apa saran dan kritik anda terhadap realitas penerapan etika terapan /etika profesi di kalangan lembaga dan atau individu di bidang komunikasi? Kritik, faktanya cukup banyak seorang yang bekerja di sebuah instansi punya kode etik, tapi tetap dilanggar. Ini faktanya. Tentunya sarannya sederhana, kalau ingin segala hak berjalan sesuai koridor dan membuahkan hasil maksimal, maka jalankanlah kode etik yang sudah ada.
Terimakasih…
Nara sumber: Abdul Rochim, wartawan Harian Seputar Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar