Sabtu, 12 Desember 2009

HADITS

Pendahuluan

Hadits, sebagaimana diketahui banyak umat islam, membahas tentang salah satu dasar dari agama. Setiap orang ingin mendalami dan memyelami seluk-beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari ilmu hadits yang di dalamnya terdapat sunah-sunah agama. Mempelajari ilmu hadits akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman.
Di dalam tatanan istilah arab ilmu hadits yang membahas masalah-masalah soheh, do’if, tau masyhurkah suatu hadist tersebut. Di samping itu juga hadits adalah sunah-sunah Rasul.
Resume matakuliah ilmu hadits yang dibimbing oleh bapak Drs. H. Muhammad Aswad adalah salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan oleh para mahasiswa sebagai tugas untuk memenuhui Ujian Tengah Sememster (UTS) pada semester ganjil. Dalam kesempatan kali ini penulis akan meresume makalah dari kelompok pertama sampai kelompok terakhir yang terdiri dari VI bab, yang selanjutnya penulis resume dan susun sebagai berikut:
o Pendahuluan
o Bab I Ikhlas Beramal
o Bab II Hadits Tentang Iman, Pembagian Iman, dan Malu Sebagian dari Iman
o Bab III Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial
o Bab IV Tingkah Laku Terpuji
o Bab V Persaudaraan dan Memelihara Silaturrahiim
o Bab VI Hadits Tentang Menelantarkan Lahan, Pujian Terhadap yang Menanam Pohon dalam Pelestarian Lingkungan, dan Larangan Buang Air Kecil di Air Tergenang
o Bab VII Kesimpulan












BAB I
IKHLAS BERAMAL

 Niat dan Motivasi Beramal

وعن أمير المؤمنين أبي حفص عمربن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبدالله بن قرط بن رزاح بن عديّ بن كعب بن لؤيّ بن غالب القرشيّ العدويّ رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلّم يقول: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلٍّ امْرِئٍ مَا نَوَى؛ فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ؛ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَاهَاجَرَ إلَيْهِ. متّفق على صحّته, رواه المحدّثين، أبو عبدالله محمّد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبه الجعفي البخاري، وأبوالحسين مسلم ابن الحجّاج بن مسلم القشيري النّيسابوري رضي الله عنهما في كتابيهمااللذين هما أصحّ الكتب المصنّفة.

Artinya: Dari Amirul Mukminin Aby Hafs Umar bin Khathab bin Nufail bin Abdul Uzay bin Riyah bin Abdillah bin Qurthi bin Razahi bin Adiy bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib al Qurasyiy al Adawiy ra. Berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sah atau tidak sesuatu amal, tergantung pada niat. Dan yang teranggap bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang berhijrah semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya diterima Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dinikahi, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niat hijrah kepadanya.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

o Penjelasan Isi Hadits
Hadits di atas menerangkan tentang betapa pentingnya niat dalam melaksanakan suatu amal atau pekerjaan. Karena itu, niat diletakkan sebagai rukun pertama dalam semua ibadah. Bahkan niat juga membedakan antara amal ibadah dengan amal perbuatan biasa. Jika amal perbuatan biasa di kerjakan dengan niat karena Allah, maka perbuatan itu bisa menjadi ibadah. Sedangkan yang dimaksud Hijrah pada hadits di atas adalah mengungsi atau pindah tempat dari Mekah ke Madinah sebelum Fathu Makkah.
Para Ulama memperinci niat pada lima macam: hakikat, tempat, hukum, waktu, dan syarat.
Hakikat niat adalah sengaja, sengaja mengerjakan sesuatu berbarengan dengan perbuatan. Hukum niat adalah wajib atau sunnah, sesuai dengan amal ibadah atau perbuatan yang dikerjakan. Tempat niat adalah di dalam hati. Waktu niat adalah pada permulaan melakukan perbuatan. Syarat niat adalah untuk tujuan amal kebaikan.

 Bahaya Riya’ Dalam Beramal
حديث جندب قال: قال النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم: مَنْ سَمَّعَ سَمَعَ اللهُ بِهِ؛ وَََمَنْ يَرَاءَى يَرَاءَى اللهُ بِهِ. اخرجه البخارى
Artinya: Hadits Jundab, di mana ia berkata: Nabi Muhammad saw berkata: “barang siapa yang sum’ah, maka Allah akan memperdengarkan ketidakikhlasannya itu. Dan barang siapa yang riya’, maka Allah akan memperlihatkan katidakikhlasannya itu.” (HR. Imam Bukhari).

o Penjelasan Isi Hadits
Dari hadits di atas menerangkan tentang bahaya sum’ah dan riya’. Bahwasanya Allah swt tidak menyukai perbuatan sum’ah dan riya’. Karena akan berujung pada kesombongan, serta ketidakikhlasan atas amal yang dikerjakan. Serta tidak akan mendapat pahala ibadah yang disertai dengan sum’ah dan riya’. Maksud kata Sum’ah pada hadits di ini adalah sengaja memperdengarkan amalnya kepada orang lain dengan tujuan pamer. Sedangkan maksud dari kata Riya’ pada hadits adalah sengaja memperlihatkan amalnya kepada orang lain dengan tujuan pamer.


BAB II
HADITS TENTANG IMAN, PEMBAGIAN IMAN, DAN MALU SEBAGIAN DAI IMAN

 Hadits Tentang Keimanan

ﺤﺪﻴﺚ ﺃﺑﻰ ﻫﺭﻴﺭﺓ ﻗﺍﻞ ﻛﺍﻥ ﺍﻟﻧﻲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻟﻴﮫ ﻭﺴﻠﻡ ﺑﺍﺮﺯﺍ ﻴﻭﻤﺍ ﻠﻧﺍﺲ ﻔﺍﺘﺍﮦ ﺮﺟﻞ ﻓﻗﺍﻞ ﻤﺍﻹ ﻴﻤﺍﻦ : ﻗﺍﻞ : ﺃﻹﻴﻤﺍﻦ ﮬﻮ ﺃﺘﺅ ﻤﻦ ﺒﺍﷲ ﻮﻤﻼ ﺌﮕﺘﮫ ﻮ ﺒﻠﻗﺍﺌﮫ ﻮﺒﺮﺴﻮ ﻠﮫ ﻮﺘﺆﺪﻯ ﺍﻠﺰﮐﺍﺓ ﺍﻠﻤﻔﺮﻮﻀﺔ ﻮﺘﺼﻮﻢ ﺮﻤﻀﺍﻦ ﻗﺍﻞ: ﻤﺍ ﺍﻹﺤﺴﺍﻥ : ﻗﺍﻞ : ﺃﺘﻌﺑﺪ ﺍﷲ ﮐﺃﻨﻚ ﺘﺮﺍﻩ ﻔﺇﻥ ﻠﻡ ﺘﮐﻥ ﺘﺮﺍﮦ ﻔﺇﻨﮫ ﯾﺮﻚ: ﻗﺍﻞ :ﻤﺘﻰ ﺍﻟﺴﺍﻋﺔ :ﻗﺍﻝ: ﻤﺍﻠﻤﺴﺅﻞ ﺒﺃﻋﺎﻡ ﻤﻥﺍﻠﺴﺍﺌﻞ ﻭﺴﺃﺨﺒﺭﻚﻋﻥﺃﺷﺭﺍﻃﻬﺍﺇﺫﺍﻮﻠﺪﺖﺃﻷﻤﮫ ﺭﺑﻬﺍ ﻮﺇﺫﺍﺘﻁﺍﻮﻞ ﺮﻋ ﺍﻹﺑﻞ ﺍﻠﺑﻬﻡ ﻓﻰﺍﻠﺑﺴﺗﺍﻦ ﻓﻰﺍﻠﺧﻤﺲ ﻻﻴﻌﻠﻤﻭ ﮬﻦ ﺇﻻﺍﷲ ﺛﻡﺘﻼﺍﺍﻠﻧﺑﻲﺺﻢﺇﻦﺍﷲﻋﻧﺪﮦﻋﻠﻡﺍﻠﺳﺍﻋﺔ:ﺃﻷﯿﺔﺛﻡ ﺃﺪﺑﺮ ﻓﻘﺍﻞ ﺮﺪﻮﮦ ﻓﻠﻡ ﯿﺮﺍﻮ ﺍ ﺸﻴﺌﺍ ﻓﻘﺍﻞ ﮪﺫﺍ ﺟﺑﺮﻴﻞ ﺟﺍﺀ ﻴﻌﻠﻢ ﺍﻟﻧﺍﺱ ﺪﻴﻨﮭﻡ ﺍﺧﺮﺟﮫﺍﻟﺑﺧﺍﺮﻯ ﻓﻰ ٣٧ ﺑﺍﺐ ﺴﺆﺍﻝ ﺠﺒﺮﯿﻝ ﺇﻟﻰ ﺍﻠﻨﺑﻲ ﺺ ﻢ ﻋﻦ ﻹﯿﻤﺍﻦ ﻮﻹﺴﻼﻡ
Artinya: Dari Abi Hurairah, Ia berkata: “ Adalah Nabi SAW, keluar pada suatu hari menemui orang-orang. Kemudian seorang laki-laki datang padanya seraya berkata: Apakah Iman itu?
Nabi SAW menjawab: Iman itu adalah bila engkau beriman kepada Allah dan malaikatnya, beriman kepada rasul-rasulnya dan beriman kepada hari kebangkitan sesudah mati.
Laki-laki tadi kembali bertanya: Apakah Islam itu?
Nabi SAW menjawab: Islam adalah bila engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dan mendirkan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan serta berpuasa di bulan Ramadhan.
Kemudian laki-laki itu kembali bertanya: Apakah Ihsan itu?
Nabi SAW menjawab: Ihsan adalah bila engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak bisa (seakan-akan) melihatnya, maka Allah melihatmu.
(Dia) laki-laki kembali bertanya: kapan terjadi hari kiamat? Nabi SAW menjawab: tidaklah orang yang ditanya lebih tau dari pada penanya, dan aku Cuma akan memberitau tanda-tandanya. Jika budak perempuan melahirkan tuannya, dan jika penggembala unta saling meninggikan bangunan dalam 5 perkara yang tidak diketahui, kecuali Allah.
Kemudian Nabi membaca surah Luqman Ayat 34, “ Sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat.” Kemudian itu pergi, lalu Nabi SAW berkata: suruh dia kembali! Namun mereka tidak melihat apa-apa. Lalu Nabi berkata, dia adalah jibril datang mengajari orang-orang tentang Agama mereka!

o Penjelasan Isi Hadits
Maksud dari Iman kepada Allah yaitu mempercayai adanya Allah, karena Dia memiliki sifat-sifat sempurna. Iman kepada Malaikat Allah adalah mempercayai kepada adanya Malaikat dan mereka sebagaimana digambarkan oleh Allah adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
Unta hitam adalah unta yang sangat sulit dikendalikan dan warnanya tidak disukai oleh Bangsa Arab. Sedangkan lima perkara yakni pengetahuan kiamat termasuk 5 perkara, sebagaimana firamn Allah “Dalam Sembilan tanda” (QS. An-Naml: 12)

 Hadist tentang pembagian iman

حديث أبى هريرة رضي الله عنه عن النبي ص.م. قال: يضع وستون شعبة والحياء شعبة من الإيمان. اخرجه البخارى فى: كتاب الإيمان: 3 باب أمور الإيمان.

Artinya: Dari Abi Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “ Iman mempunya lebih dari enam puluh cabang, adapun malu adalah salah satu cabang dari iman.”

o Penjelasan Isi Hadits
Ibnu Iyyad berpendapat, semua orang telah berusaha untuk menetukan cabang atau bagian dari iman dengan ijtihad. Tetapi yang mendekati kebenaran adalah metode yang dikemukakan oleh Ibnu Hibban, namun hal ini tidak dijelaskan secara rinci, namun dalam hal ini penulkis ringkas secara global, bahwa iman terbagi menjadi beberapa cabang diantaranya:
a) Perbuatan hati, termasuk keyakinan dan niat. Perilaku menyakup 24 cabang iman.
b) Perbuatan lisan yang mencakup 7 cabang keimanan.
c) Perbuatan jasmani yang mencangkup 38 cabang.
d) Berkenaan dengan badan ada 15 cabang.
e) Berkenaan dengan orang lain ada 6 cabang
f) Berkenaan dengan kemaslahatan umum, ada 17 cabang.

 Hadist tentang malu sebagian dari iman

حديث ابن عمر: ان رسول الله ص.م. مر على رجل من الأنصار وهم يعظ اخاه فى الحياء، فقال رسول الله ص.م.: دعه فإن الحياء من الإيمان.

Artinya: ”sesungguhnya Nabi lewat dihadapan seorang anshar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka Rasul bersabda biarkan dia karena malu itu sebagian dari pada iman.”

o Penjelasan Isi Hadits
Malu sebagian dari iman sudah dibahas dan disinggung pada uraian di atas, namun maksud dari malu tersebut adalah menahan malu dari perbuatan buruk atau menahan diri dari perbuatan yang dibenci oleh syariat.


BAB III
REALISASI IMAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

 Cinta Sesama Muslim

عن أنس رضى الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:لا َيُؤْ مِنُ اَحَدُ كُمْ حَتَى يُحِبَّ لِأَ خِيْهِ ما يُحِبُّ لِنْفسِهِ (رواه البخارى ومسلم أحمد والنسائى)

Artinya: Dari Anas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bersabda, “Tidak beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Ali Bukhary, Muslim, Ahmad dan Ar-Nasa’y).

o Penjelasan Isi Hadits
Hadits di atas mempunya arti bahwa bukti keimanan yang benar adalah ketika manusia itu melihat dirinya sebagai satu sosok individu yang merupakan satu organ tersendiri dalam tubuh masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan juga dirasakan olehnya dan bahaya yang menimpa masyarakat juga akan menimpa dirinya. Jika seseorang telah dapat menangkap perasaan yang jujur ini maka ia akan dapat melihat orang lain seperti dirinya sendiri.
Sehingga apa yang menjadi kesenangan orang lain adalah juga melihat kesenangannya sendiri. Dari sikap seperti ini kemudian tercipta rasa cinta kepada ilmu yang luas, akhlak yang baik, amal shahih dan lain-lain. Namun selama masih ada rasa untuk mencintai sesuatu tapi orang lain tidak mencintainya, bahkan mengirikan atau mendengki orang lain yang mendapatkan kecintaannya, maka itulah sebab tertolaknya keimanan, karena itu adalah sifat peninggalan zaman kafir dulu.

 Tidak Mengganggu Orang Lain

عن عبدالله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَا نِهِ وَيَدِهِ والمُحَجِرِيْنَ مَن مَجَرَمَا نَهَى الله عَنْهُ (رواه البخارى و أبو داود والنسائى)

Artinya: Dari Abdillah bin Amru, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bersabda, “Orang Muslim adalah orang yang orang-orang muslim sekitarnya merasa terjaga dari derita yang diakibatkan lisan dan tangannya, sedangkan orang muhajir adalah orang yang hijrah dari apa yang dilarang Allah.” (HR. Al-Bukhary, Abu Daud dan An-Nasa’y)

o Penjelasan Isi Hadits
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang mendapat predikat islam adalah orang yang dapat menjaga orang-orang muslim maupun non-muslim yang dzimmy atau orang-orang yang berada dibawah pemerintahan muslim. Seorang muslim bukanlah orang yang suka mencaci maki, bukan orang yang suka menggibah dan mengadu domba, bukan yang menyuruh kepada yang munkar, bukan orang yang berbohong, bukan yang menipu, dan bukan pula orang yang berkata tanpa didasarkan pengetahuan. Lisannya tidak bergerak untuk mengutarakan kesombongan kepada seseorang, tapi justru semakin manis karena ucapan yang keluar adalah yang baik-baik saja. Begitu pula tangannya, seorang muslim tidak boleh menyakiti orang lain dengan tangannya.
Sedangkan kata Muhajir pada dasarnya tidak berhenti pada arti hijrah secara lahiriah, meninggalkan negri perang menuju negri aman, tetapi lebih dari itu meninggalkan apa yang dilarang Allah sehingga tidak membunuh, tidak membuhuh, tidak berzina, tidak fasik, tidak bersaksi palsu, tidak meminum Khamar, tidak berlebih lebihan, tidak bersikap sok, dan sikap serta bentuk amal perbuatan yang dilarang lainnya.




 Menghormati Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata Yang Baik
عن أبي هريرة رضىالله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ كَان يُؤْمِنُ با لله وَاليَوْمِ الأَخِرِ فَليُكْرِمْ ضَيْفَهُ مَن كاَنَ يُؤْمِنُ با لله وَاليَوْمِ الأَخِرِ فَليُحْسِنْ اِلىَ جَارِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ با لله وَاليَوْمِ الأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرَا أو لِيَصْمُت (رواه البخارى و ابن ماجه)

Artiya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Rasulullah SAW berkata, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir hendaklah bertutur yang baik atau diam.” (HR. Asy-Syikhany dan Ibnu Majah)

o Penjelasan Isi Hadits
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Rasullullah menyebutkan tiga hal yang kesemuanya itu berkaitan erat dengan iman kepada Allah dan hari akhir. Ketiga hal itu adalah menghormati tamu, berbuat baik kepada tatangga dan bertutur yang baik dan diam.
1) Menghormati tamu. Kata tamu disini tidak terbatas, bisa berarti kata tunggal dan bisa juga berarti kata jamak. “Dan kabarkan kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ketempatnya.” Menghormati tamu adalah menerimanya dengan hangat, menerimanya dengan wajah berseri, menampilkan kesan senang melihat kedatangannya, menghidangkan minuman, makanan dan segala fasilitas yang baik serta tidak membedakan pada tamu yang datang.

2) Berbuat baik kepada tetangga. Tetangga didefinisikan sebagai siapa saja yang berada disekitarnya dan siapa saja yang hidup mengitari rumah, tanpa memperhatikan apakah ia muslim, kafir, ahli ibadah, fasik, teman, musuh, orang dekat, orang asing, orang yang rumahnya dekat dan orang yang rumahnya jauh. Perwujudan berbuat baik dengan tatangga adalah dengan melakukan apa saja yang bisa dilakuakan. Bila meeminjam maka berilah, bila meminta pertolongan maka tolonglah dan sebagainya.
3) Bertutur kata baik atau diam. Bahagia tidaknya seseorang sebenarnya terletak pada ujung lidahnya. Bila itu diikat erat di dalam wilayah kebaikan maka ia akan menerima kebaikannya sendiri dan bisa menekan kemungkinannya berbuat kejelekan.segala perkataan yang harus atau yang sunah untuk diucapkan adalah baik, meski bentuk-bentuk dari ucapan-ucapan itu berbeda. Termasuk bentuk-bentuk yang merupakan bentukan dari ucapan-ucapan itu. Tapi sebaliknya, yang buruk atau yang merupakan bentuk dari itu, nabi memerintahkan untuk memilih diam, bila terpaksa harus mengucapkannya.


BAB IV
TINGKAH LAKU TERPUJI

 Pentingnya kejujuran
ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻲ ﻤﺤﻤﺪ ﺍﻟﺤﺴﻴﻧﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻴﻰ ﺑﻦ ﺍﺑﻰ ﻁﺍﻠﺐ ﺭﻀﻴﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﮭﻤﺍ ﻗﺍﻞ : ﺤﻔﻇﺖ ﻤﻦ ﺭﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﮫ ﻮﺴﻟﻡ : ﺪﻉ ﻤﺍ ﻳﺮﺒﻴﻙ ﺇﻠﻰ ﻤﺍﻳﺮﻴﺒﻙ ﻓﺇﻦ ﺍﻠﺼﺪﻖ ﻂﻤﺃﻨﻴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻜﺬﺐ ﻳﺮﻴﺒﻙ ﴿ ﺮﻮﮦ ﺍﻟﺘﺭﻤﺫﻱ ﴾

Artinya: ”Abu Muhammad bin Abi Thalib ra berkata: Saya telah hafal dari Rosulullah SAW tinggalkan apa yang engkau ragukan kepada apa yang tidak engkau ragu-ragukan (Kerjakan apa yang tidak engkau ragu-ragukan) sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan.” (HR. At-Tirmidzi)

o Penjelasan Isi Hadits
Hadits di atas tersebut merupakan pokok sendi dalam mengerjakan sesuatu, sehingga segala perbuatan ibadah yang tidak di sertai keyakinan sungguh-sungguh, tidak sah hukumnya. Maka harus semua yang dikerjakan itu benar-benar menurut perintah Allah SWT, atau Rasullah SAW.

 Korelasi kejujuran dengan kebajikan

ﻋﻥ ﻋﺒﺪ ﺃﷲ ﺑﻦ ﻤﺴﻌﺪ ﺭﻀﻴﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﮫ , ﻋﻥ ﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺃﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻡ ﻗﺍﻝ : ﺇﻦ ﺍﻠﺻﺪﻖ ﻴﻬﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﺠﻨﮫ ﻭﺇﻦ ﺍﻠﺮﺟﻞ ﻠﻴﺼﺪﻖ ﺤﺘﻰ ﻴﮑﻮﻦ ﺼﺪﻴﻘﺍ . ﻮﺇﻦ ﺍﻠﮎﺫﺐ ﻴﮭﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﻔﺠﻮﺮ ﻮﺇﻦ ﺍﻠﻔﺠﻭﺮ ﻴﮭﺪﻯ ﺇﻠﻰ ﺍﻠﻨﺍﺮ ﻭﺇﻦ ﺍﻠﺮﺠﻞ ﻠﻴﮏﺫ ﺤﺘﻰ ﻴﮏﺘﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﷲ ﺍﻠﮓﺫﺍﺒﺍ . ﴿ ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻠﺒﺧﺍﺮﻯ ﻓﻰ٧٨ کتاب اﻷﺪب ٦٩ﺑﺍﺏ ﻗﻭﻝ ﺃﷲ ﺘﻌﻠﻰ : ﻴﺍﺃﻴﮭﺍﺍﻠﺫﻴﻦ ﺃﻤﻧﻮﺍ ﺇﺗﻗﻮﺍ ﺍﷲ ﻮﮎﻮﻧﻮ ﺍﻤﻊ ﺍﻟﺼﺍﺪﻗﻴﻦ ).
Artinya: “Abudllah bin Mas’ud r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan sesorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah seorang siddiq (yang sangat jujur benar). Dan dusta menuntun kepada lancung (curang), dan curang itu menuntun kedalam neraka. Dan seorang itu berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).

o Penjelasan Isi Hadits
Hadits di atas adalah salah satu pokok sendi yang menuntut setiap orang untuk selalu jujur dalam setiap perbuatan karena kejujuran selalu berbuah kebaikan dan ketentraman rohani sehingga membuat hidup kita sejahtera di dunia maupun diakhirat, sedangkan dusta selalu berbuah kontradiktif dari kejujuran itu sendiri.

 Jaminan Allah terhadap orang yang jujur

ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻲ ﻫﺮﻴﺭﺓ ﺮﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻋﻦ ﺍﻟﻧﺑﯥ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﮫ ﻮﺴﻟﻢ ﻗﺍﻝ : ﻤﻦ ﺃﺧﺫ ﺃﻤﻮﻝ ﺍﻟﻧﺍﺱ ﻴﺮﻴﺪ ﺃﺪﺃﺀﮬﺍ ﺃﺪﺍﻯ ﺃﷲ ﻋﻧﮫ ﻮﻤﻥ ﺃﺨﺬﻫﺍ ﻴﺭﻴﺪ ﺇﺗﻼﻓﮭﺍ ﺇﺗﻟﻓﮫ ﺍﷲ( ﺮﻮﺍﮦ ﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ ﺯﺍﺑﻦ ﻤﺍﺠﮫ ﻮﺨﻴﺭ ﮬﻤﺍ ﴾
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda: “Barang siapa mengambil harta-harta manusia (pinjam harta benda kepada orang lain), dengan kehendak akan membayarnya, niscaya Allah akan mengembalikan atau membayar daripadanya. Dan barang siapa mengambil harta manusia dengan maksud tidak akan membayarnya, niscaya Allah membinasakannya” (H.R Bukhari, Ibnu majah dan lain-lainnya).

o Penjelasan Isi Hadits
Hadits di atas menjelaskan tentang hutang atau pinjam, artinya: “ Harta benda orang lain yang ada dalam tanggungan kita karena di pinjamkan atau di hutangkan kepada kita oleh pemiliknya, dengan janji akan dibayarkannya pada suatu waktu.”
Hutang itu termasuk juga “Qaradh” (pinjam barang) dan ”Salam” (menjual benda dengan terus menerima harganya sedang barangnya diberikan pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian). Hutang yang tertentu waktu membayarnya disebut “dain” dan yang tidak dinamai “Qaradh” (dain adalah hutang dibayar sebandingnya, dan qaradh diganti barangnya).
Syara’ memerintahkan supaya kita menyelesaikan hutang-hutang kita dari manusia. Diantara orang ada yang pinjam uang kepada orang lain untuk mencukupi keperluannya dengan maksud akan mengembalikan pada waktu yang dijanjiakan atau jika dia punya uang. Maka kepada orang seperti ini Allah akan mengabulkan bisa mengembalikan pinjamannya dan membuka pintu rizki baginya yang tidak dia perkirakan sebagai balasan maksud baiknya dan niatnya yang terpuji. Betul-betul kemauan dan niat itu mempunyai pengaruh untuk memeperoleh rizki dan mendorong orang untuk membuka berbagai usaha dan mencari macam-macam jalan untuk mendapatkan kekayaan, sehingga dia mendapatkan petunjuk jalan dan bisa membayar hutang-hutangnya. Intinya ada niat yang baik dan kemauan yang jujur mempunyai pengaruh di dalam usaha mencari rizki dan memperoleh petunjuk bagi jalan-jalannya.








BAB V
PERSAUDARAAN DAN MEMELIHARA SILATURRAHIIM

 Persaudaraan





Artinya: ”Dari Abdullah Bin Umar RA, berkata Rasulullah SAW bersabda: “ Orang muslim itu saudara orang muslim lainnya, tidak mendzaliminya dan tidak membiarkannya. Dan barang siapa yang (mencukupi) kebutuhan saudaranya maka Allah SWT akan (mencukupkan) kebutuhannya pula, dan barang siap meringankan beban kesedihan seorang muslim maka Allah SWT akan meringankan beban kesediahan hari kiamat padanya. Dan barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah SWT akan menutupi (aib-nya) kelak, pada hari kiamat.” HR. Al-Bukhari, Muslim dan Daud, An-Nasay dan At-Tirmidzi” mengatakan hadits ini Hasan Sahih.

o Penjelasan Isi Hadits
Maksud dari hadits di atas mengenai tentang persaudaraan seorang muslim dengan muslim lainnya yaitu seperti halnya dengan saudara kandung yang saling menyayangi, tolong-menolong, dan berupaya untuk berbuat yang terbaik yang jauh dari sifat mudharat kepada saudaranya.
Sedangkan maksud dari hadits “dan barang siapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya” ini berarti bahwa Allah SWT Yang Maha Kuasa dan Maha pemilik alam sememesta dan seisinya serta Maha Mengetahui akan mencukupkan kebutuhan-kebutuhanya. Selanjutnya hadits yang berarti “ Dan barang siapa yang meringankan kesedihan dari seorang muslim” maksudnya seorang muslim sudah musti berusaha untuk muslim lainya agar terhindar dari musibah atau menimalisir musibah yang ditimpanya.

 Memelihara Silaturrahiim







Artinya: Dari Anas bin Malik RA. Berkata, “ saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ barang siapa yang ingin bergembira (mengembangkan) rizkinya atau menghendaki para atsar (bekas) nya maka niscayalah ia harus menyambung tali silaturrahiim.” HR. Al-Bukhari dalam kitabul Buyu’ Bab barang siapa yang cinta akan keluasan rizki.

o Penjelasan Isi Hadits
Maksud dari hadits di atas, bergembira (mengembangkan) rizki ialah menjalin persaudaraan (silaturrahiim) terhadap seorang muslim dan sesama umat manusia karena perbuatan tersebut dapat melapangkan atau meluaskan rizki seseorang dan yang paling penting dengan silaturrahiim dapat mempererat tali persaudaraan dan juga melapangkan rizki tentunya.


BAB VI
 Larangan Menelantarkan Lahan
o Hadits I
حديث جابر بن عبد الله رضي الله عنه، قال: كانت لرجال منا فضول أرضين. فقالوا نؤاجرها بالثلث والربع والنصف. فقال النبي ص.م.: من كانت له أرض فليزرعها أو ليمنحها أخاه فإن أبى فليمسك أرضه. (أخرجه البخارى فى كتاب الهيَة باب فضل المتيحة)
o Hadits II
حديث أبى هريرة رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عليه و سلم: من كانت له أرض فليزرعها أو ليمنحها أخاه فإن أبى فليمسك أرضه. (أخرجه البخارى فى كتاب المزارعة باب ما كان من أصحاب النبى ص.م. يواسى بعضهم بعضا فى الزراعة والثمرة)

o Hadits III
حديث أبى هريرة رضي الله عنه: أنَ رسول الله صَلَّى اللهُ عليه و سلم، قال: لا يمنع فضل الماء ليمبع به الكلاء. (أخرجه البخارى فى كتابالمشاقة باب من قال إنَ صاحب الماء أحقَ بالماء
Artinya:
“ Jabir bin Abdullah berkata, dahulu ada beberapa orang yang memiliki tanah lebih, lalu mereka berkata, lebih baik kami sewakan dengan hasilnya sepertiga, seperempat, atau separuh. Tiba-tiba Nabi SAW bersabda, siapa yang memiliki tanah, maka hendaknya ditanami atau diberikan kepada kawannya. Jika tidak diberikan, tahan saja.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab ‘Hibah” bab (35) : “keutamaan manihah”)
“Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, siapa yang memiliki tanah, hendaknya menanaminya atau memberikan kepada saudaranya, jika tidak diberikan, tahan saja.” (HR. Al-Bukhari, kitab pertanian, bab: Para Sahabat Menolong Sebagian yang Lain dari Sahabat Nabi)
“Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, tidak boleh ditahan (ditolak) orang yang meminta kelebihan air, yang akan mengakibatkan tertolaknya kelebihan rumput.” (HR. Al-Bukhari, kitab Al-Masafah, bab: orang yang berkata bahwa pemilik air lebih berhak memiliki air)

o Penjelasan Isi Hadits
Dari ketiga hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam melarang melarang umatnya menelentarakan tanah kosong atau tanah garapan agar terhindar dari tadbir serta mereka harus berbagi air dengan tanah garapan orang lain agar tanahnya dapat dipelihara. Di samping itu agar terhindar dari sifat kikir dan akhirnya dari sini timbul rasa senasib, rasa satu kesatuan, tenggang rasa, diantara umat Islam sehingga terwujud umat yang makmur dan sejahtera.
 Pujian Terhadap Yang Menanam Pohon Dalam Pelestarian Lingkungan

حديث أنس رضي الله عنه، قال: قال الرسول الله صَلَّى اللهُ عليه و سلم: ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهيمة إلاَ كان له به صدقة.
Artinya: “Anas RA berkata, bahwa Rasulullah bersabda: tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan tercatat untuknya sebagai sedekah.”

o Penjelasan Isi Hadits
Maksud hadits di atas menmgandung arti bahwa kita sebagai umat Islam sudah sepantasnya memanfaatkan tanah yang kosong dengan menanam tanaman yang berguna dan bermanfaat bagi manusia, maupun hewan. Dan kita akan mendapat pahala sedekah dari setiap yang dimakan olehnya.




 Larangan Buang Air Kecil di Air Tergenang / Pencemaran Lingkungan

عن أبى هريرة رضي الله عنه، قال: قال الرسول الله صَلَّى اللهُ عليه و سلم: لا يبولنَ أحدكم فى الماء الدائر الذى يجرى ثمَ يغتسل فيه.
Artinya: “ Abu Hurairah berkata bahwa Raulullah SAW bersabda: jangan seseorang diantara kamu buang air kecil di air diam tak mengalir, kemudian ia mandi pada air tersebut.” (HR. Al-Bukhari)

o Penjelasan Isi Hadits
Tidak membuang air kecil atau besar di air tergenang nan sedikit, adalah merupakan menjaga dari kan kebersihan, kesehatan dan juga dapat menjaga kesucian dan kebersiahan ketika akan beribadah karena Islam adalah agama yang sangat menekankan kebersihan dan kesucian.
BAB VII
 Kesimpulan
Dari uraian resume hadits di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya mempelajari ilmu hadits sebagai salah satu pedoman umat Islam dalam melakuakan aktivitas sehari-hari dengan baik dan benar sesuai dengan sunah-sunah Rasul dan syariat Islam. Oleh karena itu kedudukan hadits dalam Islam sangat penting sebagai pedoman setelah al-Qur’an. Sehingga dalam kehidupan uamt beragama akan tercipta umat yang makmur, damai dan sejahtera apabila sunah-sunah dan syariat dijalankan dengan baik.





 Daftar Pustaka
- Al-Qur’an Al- Karim
- Muhammad Abdul Aziz al-Khuli, Al-Adabun Nabawi, Semarang: CV. Wijaksana, 1989.
- Salim Banreisy, Tarjamah Riadhus Shalihin, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1978.
- Salim Banreisy, Tarjamah Al-Lu’lu wal Marjan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar